123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Kamis, 19 November 2015

Anak Tukang Pijit Langganan Yang Sangat Binal

Judi Online

AYOGROUP - Suatu malam yang dingin, aku sendiri, Bang Johnny dan Kak wenda sedang berlibur ke Batu (Malang) bersama dengan Deasy dan Santi, sedang Winny adik Kak Wenda sedang tidur di rumah temannya, hari itu Sabtu malam Minggu, jam menunjukkan pukul 6.45 aku ke depan cari pak Pardi tukang becak yang biasa mangkal di dekat warung rokok.

“Pak, tolong panggilkan Bik Suti tukang pijit donk, badan saya pegel-pegel” kataku minta tolong.
Kira-kira jam 7.20 pintu depan diketok orang dan bergegas aku keluar, ternyata yang dateng Pak Pardi dengan cewek muda lumayan cakep putih bersih orangnya.

“Dik Joss, ini anaknya Bik Suti, terpaksa saya bawa karena ibunya sedang pulang kampung beberapa hari, tapi dia bisa mijit kok.” kata pak Pardi cepat sebelum aku tanya karena tidak sesuai dengan perintahku.

“Ya udah langsung masuk aja” kataku mempersilahkan.
“Saya balik dulu kepangkalan Dik” pamit pak Pardi.
Seperginya pak Pardi langsung tanpa banyak bicara aku berjalan ke kamarku dan anak Bik Surti langsung mengikuti dari belakang.

“Siapa namamu?” tanyaku memecah keheningan.
“Diah Mas” sahutnya pendek.
Sampai di kamar aku langsung buka kaos, dengan bertelanjang dada seperti biasa kalo dipijit sama Bik Suti, namun biasanya aku buka sarung tinggal CD saja, kali ini aku biarkan sarung tetep nempel pada posisinya.

“Massage creamnya ada di meja belajar” kataku sambil langsung tiduran tengkurap.
Tangannya mulai memegang telapak kakiku, terus kebetis, memijat sambil megurut, sama persis dengan apa yang dilakukan ibunya padaku. Bik Surti emang sudah langganan sama keluarga Bang Johnny, jadi aku juga sudah sering dipijit sama dia. Tapi walaupun cara mijitnya sama, namun serasa berbeda, tangan ini lebih halus dan hangat rasanya.

“Permisi Mas” katanya membuyarkan lamunanku yang baru mulai berkembang, sambil menyingkap sarungku lebih tinggi, hingga ke pangkal pahaku.

Pijitannya sudah sampai pada paha, sesekali agak tinggi menyentuh pangkal pantatku, agak ke tengah, seerrrrr, akupun terus saja memejamkan mata sambil menikmati pijatan dan membayangkan kalau terjadi hal-hal yang diinginkan.

Bandar Poker
Ayo99
Aduh,” aku setengah menahan sakit (pada hal pura-pura), soalnya biasanya Bik Suti kalo aku kesakitan malah dicari yang sakit dan dipijat lebih lama sehingga enakan, eh, betul juga dia melakukan hal yang sama, tapi karena test tadi aku ucapkan pada saat dia memijit belakang lututku, maka dia sekarang memijit lebih lama di sana.

Wah bisa kalo gitu pikirku, lalu aku merancang yang lebih dari pilot project ini.
“Jangan dipijit gitu, sakit diurut saja pake cream” kataku sambil tak lupa berpura-pura sakit.

Dia ambil cream dan mulai mengurut serius di situ. Lama cukup dia mengurut di situ terus sekarang sudah mulai menjalar lagi, paha, betis, sampe telapak kaki, pas kembali ke paha dan kali ini agak terlalu dalem, aku langsung teriak tertahan, seakan kena bagian sakit lagi.

Mananya Mas ?” tanyanya.
“Agak daleman dikit” kataku sambil memegang tangannya dan membimbing pada posisi yang aku mau, letaknya persis di pangkal paha tengah pas jadi kalo dipijit-pijit yang kena bijiku, sengaja aku mengarahkan ke depanan, biar makin pas, lama dia di situ.

“Kasih cream donk” pintaku, pada saat dia ambil cream.
Satu tanganku dengan cepat menyingkap CDku supaya meramku keluar dari CD dan bebas, benar juga pada saat tangannya mengoleskan cream sudah langsung ke bijiku, supaya bijiku makin leluasa dan makin mudah dipijit.

“Ati-ati jangan kena celananya, nanti kena cream semua” kataku pura-pura bingung kalo CDku kena cream padahal mauku supaya dia membuka lebih lebar CDku, dengan tangannya, beberapa saat kemudian dia bilang.

“Maaf Mas, CDnya dibuka aja, soalnya nanti kena cream, saya sudah coba menghindari tapi susah, Masnya pake sarung aja.” kata dia mengagetkanku, kaget karena nggak nyangka dia bilang begitu.

Akupun berdiri dan melepas CDku, kembali pada posisi semula aku tengkurap, lalu Diah menyingkap kembali sarungku, hingga ke pantat, aku menahan pada posisi agak nunging supaya makin luas bidang yang bisa dicapai tangan Diah.

Benar juga lama dia mengurut, meremas bijiku, sampe aku sendiri rasanya konak banget.
“Agak bawahan dikit,” pintaku, dia rogoh makin dalem sampe pangkal batangku kena pegang, diurutnya dengan agak susah karena dari pangkal batang sampe setengah diurut semua.

“Mas kalo bisa balik badan, soalnya susah kalo gini” pintanya, dengan senang hati aku turuti.
Aku berbalik badan dan meriamku masih tertutup kain sarung, dengan merogoh dia pegang lagi posisi yang sama.

Diurut-urut, sepertinya aku merasa gayanya seperti setengah ngocok, tapi pikiran dia kayaknya lagi mijit, dengan matanya melihat sekeliling kamar, ngelamun kali, aku goyangkan pinggul sedikit supaya tanganya terpeleset ke atas, ternyata berhasil, dia lebih banyak ngurut meriamku, tiga empat menit berlalu dia kayaknya nggak sadar, tapi lama-lama aku merasa dia bukan mijit atau ngurut, melainkan benar-benar ngocok meriamku, walau tidak digenggam, tapi cukup mantap.

Aku sengaja bergerak sambil sedikit menarik ke atas posisi sarungku, sehingga dapat terlihat sekarang tangannya yang sedang ngocok meriamku, merasa tangannya tidak lagi tertutup sarung, dia lihat posisi tangannya dan saat itu seakan baru sadar dia melihat apa yang selama beberapa menit ini dipijitnya, tapi dia tidak berhenti, matanya mulai ngelirik ke aku.

Dengan tanpa ekspresi, dia teruskan mengocok, kali ini tangannya lebih mengenggam, jadi aku pastikan dia memang sengaja, jadi dengan sedikit ragu, aku letakkan pada pundaknya, saat memijit tadi, posisi dia berlutut di samping ranjang jadi kalo aku taruh tangan ke samping langsung jatuh di pundaknya dan langsung aku geser turun ke dadanya dan dia diam saja, aku remas dadanya, jadi aksi remas dan kocok berjalan terus beberapa menit, sampai tiba-tiba kepalanya ditundukkan rupanya tanpa basa basi lagi dia cium Kabagku, terus dilanjutkan dengan mengulumnya.

Dia sadar bahwa dia dan aku telah sama-sama dikuasai nafsu, maka tanpa perlu meminta ijin lebih jauh, aku coba untuk membuka baju atasnya, malah dia mambantunya, sehingga dia telah terbuka dadanya, BH nya pun telah dia lepas dan dadanya yang besar disorongkan kearah mulutku, langsung aja aku hisap putingnya,. wow, hangat,. kelapanya lalu direbahkan pada pundakku, sehingga kami seperti setengah bergumul karena kakinya masih di bawah, kamipun berciuman hangat, lalu aku bangkit dan mengangkat tubuhnya menaiki ranjang.

“Kamu mijitnya lebih enak dari ibu kamu ya” kataku ngaco, setelah tau dia seperti itu.
“Nggak tau Mas, terlanjur kebawa.” dia tak melanjutkan kata-katanya.
Aku asyik menciumi sekitar belakang telinga, samping leher, kadang mendenguskan nafas hangat ke telinganya. Dia sudah tampak merancu dengan desah dan erangannya yang makin membuatku di awang, Aku bangkit dan memiringkan tubuhnya, kaki kirinya aku letakkan pada pundak kananku, dengan posisi yang agak miring itu aku gesek Kabagku pada gerbang DuFannya (Dunia Fantasi).

Beberapa saat aku gesek dia mulai mengerang pelan, kemudian aku tata kepala meriamku pada gerbang DuFan, yang jelas sekali sudah sangat lembab dan sedikit basar, aku coba tekan, wah, kok sempit, tapi beberapa kali coba, akirnya berhasil juga mencapai setengah badan meriam amblas dalam lorong kegelapan, tampaknya di dalam agak kering, maklum tumitnya kurus kecil, tandanya kalu barangnya cenderung kering, Erangannya walau perlahan masih terus tanpa henti sedari tadi, menambah hangat suasana dan seakan irama lautan teduh, terus aja aku goyang sampe cukup lama sebelum aku akhirnya minta pindah posisi.

Sekarang kedua kakinya aku panggul di kedua sisi pundakku, ayunan makin ganas karena posisi yang lebih leluasa, dan lorong kegelapan makin licin, rupanya dia telah beberapa kali mengeluarkan pelumas, walau bukan orgasme.

“Kamu sekarang nungging” perintahku.
Saat Diah nungging, aku tekan pundaknya ke kasur dan sisa pantatnya aja yang nungging, dengan sedikit rubah gerak, aku masukkan lagi meriam jagurku, kali ini lebih sensasional, aku pegangan pada pinggulnya yang cukup gede, dan ayunan makin bebas terkendali, beberapa kali hampir terlepas, tapi karena besarnya si Kabagku maka agak sulit juga terlepas secara keseluruhannya, lelah dengan gaya doggy, aku rebahan dan aku suruh dia menaikiku, dia naik dengan membelakangi aku, pada saat amblasnya batangku kali ini diiringi dengan nafas tertahannya, kali ini mentok abis.

Judi Bola
AyoBetting
Diah diam sesaat sambil merenungi nikmat yang terasa. Aku mulai ambil inisiatif untuk menggoyang, lalu Diahpun ikut bergoyang,. kali ini putarannya melingkar, enak sekali, yang aku rasakan, lobang yang sempit, hangat, dan cenderung kering, tiap kali dia berputar pinggul aku merasa ada sesuatu nabrak kepala meriamku, pasti mentok dan dia pasti nggak akan lama untuk mencapai titik orgasme demikian pikirku. Benar saja dugaanku, Diah tampak kejang keras sambil mengucapkan kata-kata yang tidak jelas apa maksudnya, cukup lama juga seperti itu.

“Aaaa.duuuuu..uuuuhhh Mas.. lemes kakiku rasanya..aku nggak kuat lagi gerak..” demikian katanya.
Aku coba untuk bangun dan menunggingkannya, lalu aku hajar lobangnya dengan lebih keras, sampai panas rasanya meriamku, dan akhirnya aku sudah hampir tak bisa lagi menahan,. lalu aku cabut dan bilang pada Diah.

“Diah, kamu menghadap ke sini, buka mulut kamu” dan rupanya Diah mengerti yang aku mau, dengan lemas dia berbalik badan dan membuka mulutnya.
Karena ketakutan akan tidak keburu, maka aku segera saja memasukkan meriamku dalam mulutnya yang mungil itu dan aku goyang maju mundur, beberapa kali dan keluarlah, creeetttt… creeeee.tttt… creettt

Aku jatuh kecapaian, di sampingnya,
“Diah, gimana barusan?” tanyaku memecah keheningan.
“Enak sekali Mas, sampe lemes kaki saya, udah nggak tau berapa kali keluar” jawab Diah sambil males-malesan dalam pelukanku.

Dan kamipun tiduran sejenak dalam penat nikmat yang tersisa. Sampai pada saat aku terjaga merasakan paha kananku ada sesuatu yang merayap, aku coba walau males, tuk membuka mataku dan, benar-benar terbelalak jadinya, saat tau apa yang menyentuh pahaku. Dia Winny, adik ipar kakakku, Johnny, aku sangka dia ada di rumah temennya, dan yang lebih mengagetkan adalah, dia lihat aku mendekap cewek dan dalam keadaan bugil berdua.

“Joss, loe gila ya, beraninya nggak ada orang masukin cewek, gue bilangin Bang John” katanya dengan mata melotot.
“Hei, Win, denger dulu” kataku sambil mencoba bangkit dari tidurku, saat itu pula Diah bangun karena dengar suara orang lain di kamar itu, dia berusaha meraih kain seadanya untuk menutupi tubuh bugilnya sambil bertanya.

“Dia siapa Mas ? ”
“Dia ini Winny, adik ipar kakakku” jawabku pendek.
“Jangan gitu donk, masa loe nggak kompak ama gue” jawabku mohon pengertiannya.
“Iya boleh aja gue nggak bilang Abang asal gue boleh lihat loe berdua main sekali lagi, gimana?” tanyanya.

Pikirku pasti gampang kalo udah gini, paling dia pasti nggak kuat nahan nafsunya sendiri.
“Okey, Diah, yuk kita tunjukkan pada Winny, apa yang kita baru kerjakan tadi, kita ulang lagi ” 
“Mas malu saya nggak bisa” aku rada bangun untuk mencium Diah.
“Udah kamu merem aja dan anggap hanya kita berdua dalam kamar ini” kataku menenangkan.

Dan akupun mulai merangsang Diah dengan ciuman lembut, sambil tanganku berusaha meraba bagian-bagian sensitifnya, beberapa saat berlalu Diah mulai terbawa, dan mendesar halus, aku rasakan tangan Winny mencoba meraih batangku dan meremas-remasnya, sesekali mengocoknya hingga siap tempur.

Setelah segalanya siap, akupun mulai ambil ancang-ancang untuk memasuki Diah untuk sesi kedua, pada saat batangku amblas, Diah dan Winnypun seakan menahan nafas, rupanya Winny telah terlarut dalam pemandangan depan matanya. Permainanku dengan Diah berlangsung beberapa gaya, dan tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 9.47, saat itu Winny telah telanjang di samping tubuh Diah yang sedang aku tindih, lalu tangan kiriku pun mulai bergerilya ke dada Winny, wah enak sekali, aku pilin putingnya dan diapun mengerang.

Sambil terus menggenjot Diah, aku cium juga bibir Winny dan pendek kata, pinggangku ke bawah menghabisi Diah sedang pinggangku ke atas menyerang Winny,. keduanyapun mengerang seru malam itu, makin keras erangan mereka berdua bersahutan makin nafsu aku dibuatnya, terakhir sudah tidak kuat lagi menahan gejolak, aku genjot makin keras si Diah dan diapun mengerang panjang sambil kejang mendekapku.

Saat itu kami orgasme bersamaan, sedang Winny masih belum mencapai walau hampir, erangan kami berdua membakar nafsunya, segera saja Winny memerintahku untuk menghisap mem3knya sampai keluar, demikian perintahnya. Akupun langsung memutar badanku untuk mencapai lobang Winny yang sudah sangat basah tadi,. tapi meriamku tetap tertanam dalam Diah. Kumainkan lidahku pada gua vertikalnya dan sesekali pada tombol di atas lobang tersebut sampe Winny mengejang kejang dan,. lemas puas.

Sepuluh menit kami masih rebahan tumpang tindih sampe aku bangkit dan mencuci peralatanku, lalu kukenakan pakaianku dan kusulut sebatang rokok sambil ngeloyor kejalanan, mencari pak Pardi.

“Pak, anaknya Bik Suti ngga’ usah ditunggu pulangnya, dan tolong bilangin orang rumahnya kalo dia nngga’ pulang karena disuruh nemenin Winny” alasanku sengaja aku tidak sebut nama Diah supaya terkesan masih asing buatku.

Setelah itu aku balik lagi ke rumah dan cuci kaki lalu join bobok bertiga, ntar malem coba aku gerayangi Winny ach, kali-kali aja dapet nyobain rasanya, pasti asyik dan berarti pula dalam rumah ini ada beberapa stok lobang yang bisa dipake bergantian, khan asyik kalo butuh ngga’ nunggu lama-lama.

Selasa, 17 November 2015

Sex Dengan Goyangan Doggy Style


AYOGROUP - Pertama-tama saya memperkenalkan Andy (bukan nama sebenarnya). Saat ini saya menginjak 17 tahun, dan kisah ini terjadi sekitar dua bulan yang lalu, ketika akhir liburan saya semester. Pada waktu itu saya liburan sekolah. Saya berencana untuk pergi ke sebuah villa di nama kota M. bibi bibi adalah Sofi, orang yang indah, sangat padat tubuh-materi yang terkandung, dan sangat terawat dengan baik meskipun umurnya memasuki 38 tahun. Saya ingat betul pagi itu, Sabtu, saya berangkat dari kota S menuju kota M.Sesampainya sana, saya disambut dengan ramah. Setelah setiap pertanyaan dan meminta berita, saya diantar ke ruang oleh bibi pembantu, mengatakan Bi Sum, penyanyi yang seperti keroncong Sundari Soekotjo, tubuh indah tak kalah dengan tanteku, Bi Sum adalah miliknya sangat jelas, dan usia hampir sama dengan bibi Sofi, yang membuat saya berkedip ketika mengikuti di belakang adalah potongan pantatnya yang terlihat bergerak sangat seksi kiri-kanan, kiri-kanan, kiri-kanan saat ia berjalan, seeakan menantangku untuk meremas nya.

Setelah mencapai dikamar saya tertegun sejenak, mengamati apa yang kulihat, kamar yang luas dengan interior udara kelas di dalamnya. menjadi nya menyenangkan melamun sendiri saya dikejutkan oleh suara Bi sum.
“Den, ruangan ini.”
“Eh iya Bi.” Aku berkata setengah tergagap.
Aku segera melemparkan ransel hanya di tempat tidur.
“Den, maka jika ada kebutuhan untuk memanggil Bibi menulis itu?” Katanya sambil berlalu.
“Eh, tunggu Bi, Bibi bisa mijit kan? Pegel ya tubuh saya.” Kataku setengah memohon.
“Jika neraka hanya mijit bisa den, tapi Bibi mengambil balm dulu ya den?”
“Cepat ya Bi, jangan lo lama?”
“Oh ya kesempatan, saya bisa merasakan pijatan tangan lembut Bi Sum tubuh saya.” Saya berkata pada diri sendiri.
Segera Bi Sum datang dengan balsem di tangan.
“Den, coba Aden-lie terkemuka.” Bi mengatakan Sum.

“Eh, ya Bi.” Kemudian saya tertelungkup di kasur yang empuk itu, sambil melepaskan pakaian saya. Bi Sum mulai memijat punggung saya, rasanya saya tangan dipijat lembut Bi Sum.
“Eh, Bi, Bibi tangan benar-benar lembut sih?” Aku bertanya, memecah keheningan.
Bi Sum diam sambil terus pijat, saya hanya bisa diam, sambil menikmati pijitan tangan Bi Sum, otak kotor saya mulai berangan-angan yang tidak-tidak.
“Jika, tangan-ngocok lembut ini mengocok penisku, pasti baik.” Saya berkata kepada diri sendiri, diikuti oleh mulai bangkit dan “adik” kecil.
Saya mencoba untuk memecah keheningan di ruang yang luas.
“Bi, dari sebelumnya saya tidak melihat om susilo dan Dik rico neraka.”
“Kenapa, apa yang belum aden diberitahu wanita, Bapak Susilo sekarang pindah ke kota B, itu den Rico bergabung neneknya di kota L.” dia berkata.
“Oo .., jadi tante sendirian dong Bi?” saya bertanya
“Ya den, kadang Bibi juga kasihan melihat nyonya, tidak ada menemani,” kata Bi Sum, sedangkan pijat diturunkan ke paha kiri saya. Kemudian secara spontan aku menggelinjang keenakan.
“Apa den?” Dia bertanya polos.
“Anu Bi, pegel itu.” Aku hanya menjawab.
“Mm .. Bibi sudah punya suami?” Aku berkata lagi.
“Um den, Bibi suami telah meninggal enam bulan yang lalu,” katanya. Seperti akting yang bersangkutan saya katakan.
“Maaf Bi, aku tidak tahu, maka anak Bibi apa?”
“Tinggalkan adik Bibi Bibi” katanya, beralih ke paha pijitannya kanan saya.
“Mm .. Bibi pingin tidak menikah lagi?” Aku bertanya lagi.
“Apa den, bibi tua sudah pula, yang tak seorang pun ingin lagian den?” Dia berkata.
“Nah, yang dikatakan Bibi, Bibi masih berpikir plastisitas indah pula.” Pujiku, menonton wajahnya memerah.
“Ah .., den andy ini bisa memiliki” ujarnya, tersipu.
“Eh Ko Bi tablet, Bibi masih cantik, sudah begitu seksi lagi, pasti Bibi rajin merawat tubuh.” Aku menggoda lagi.
“Mari ah, den ini membuat Bibi malu menulis, telah dipuji terus.”
Lalu aku bangkit dan duduk di seberangnya.
“Bi .., yang tidak ingin sama Bibi, sudah cantik, seksi lagi, tuh lihat Bibi tubuh?, Apalagi mengindahkan indah ini masih loh ..” kataku, menunjuk ke arah gundukan yang mendorong sekal di dada. Dengan refleks dia langsung menutupinya, dan jatuh di wajah mereka.
“Ini bisa Aden, kendur telah semacam benar-benar baik,” katanya polos.
Saya suka mendapatkan angin mulai memancingnya lagi.
“Bibi aneh, payudara Bibi masih inah mengapa kendur bilangnya, tuh lihat sendiri menulis” kataku, saat dia mengungkapkan tangannya menutupi payudaranya.
“Jangan ah den, Bibi malu.”

Ayo99
“Bi .. jika Anda tidak percaya ada tuh cermin, coba Bibi Bibi buka baju, dan melihat diri sendiri.” Lalu aku mulai membantu pakaian kebaya terbuka dia pakai, dia tampak pasrah itu. Setelah baju kebaya yang dia pergi, dan dia hanya mengenakan Bh terlihat sangat kecil, seolah-olah hendak payudara mencuat. Aku mulai membawanya ke depan cermin besar di ujung ruangan.
“Apakah den, Bibi malu kemudian wanita tahu bagaimana?” Dia bertanya polos.
“Tulis Tenang Bi, Bibi Sofi tidak akan tahu mengapa” Saya belakangnya mulai melepas tali bra, dan wow .. tampak saya di depan cermin, sepasang bukit kembar yang sangat sekal dan padat, lihat “adik “sedikit langsung ke atas sangat sulit.
Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Aku segera meremas dari belakang, saat berciuman kudaratkan ke leher panjang. Bi Sum yang telah setengah telanjang, hanya bisa menghela napas dan mata “Merem-melek”.
“Oh .. den jangan den, uhh .. den, Bibi diapain, den”
Aku mengabaikan pertanyaan itu bahkan aku meningkatkan seranganku. Sekarang ia kubopong ke tempat tidur, mencium puting merah mencuat, ia juga terlihat mulai menikmati permainan saya, dan Bi Sum memiliki diranjang kurebahkan, dan kemudian aku mulai lagi mencium putingnya, menarik jarik mengenakan.
“Uhh .. shh .. Bibi lezat den den uh .. shh .. teruus den”
Aku mulai membuka sekitar pakaian dan ciuman terus turun keperutnya, dan galak CD pelorotkan mengenakan saya, saya berhenti sejenak sambil mengamati gundukan yang berada di bawah perut.
“Den, memiliki aden besar” katanya, meremas penisku, ayam kemulutnya kusodorkan.
“Bi, jilatin ya .. punya Andy.” Bibir kecil bi Sum mulai menjilati penisku. uuhh .., sekali terasa begitu lezat.
“Mmhh .. ohh .. Bi terus, kulum ayam Bi .., tak lama kemudian Bi-Nyedot Sum mulai menyedot penisku, dan tampaknya tidak ada yang akan keluar di ujung penisku.
“Bi .. teruuss, Bi .. aku mmaauu keeluuar, oohh” Aku menangis lama dan tiba-tiba, serr cum menyemprotkan di mulut Bi Sum, Sum Bi segera menelannya.
Aku mulai bergerak posisi, sekarang saya mulai menjilati vagina Bi Sum, muncul di depan mata saya, vagina Bi Sum bersih, dengan seikit rambut. Bi Sum tampaknya tidak sabar, ia menekan kepalaku mulai menjilati vagina dan vagina sluurpp .. bi Sum kujilati untuk kutenukan menempel sesuatu yang kecil, maka saya merokok, dan gigitan kecil, gerakan tubuh Bi Sum mulai tak karuan, tangan saya tidak tinggal diam, pilin-pilin puting saya dengan sementara tangan kiri saya, saya menggunakan tangan kanan saya sementara lidahku menusuk vagina menyelipkannya dalam-dalam.

AyoBetting
“Ohh .. teruuss den den .. .. pus menjilati teruss Bibi den .. mmhh” katanya, menggeliat seperti cacing kepanasan.
“Bibi ingin Ouhh den .. .. .. den keluarr ohh, ahh, den, Bibi keeluuaarr, akhh.” Bi Sum menggelinjang hebat dan feminin cairan serr menelan tanpa sisa. Tampak Bi Sum masih menikmati sisa-sisa orgasme. Lalu aku mencium bibirnya saya menempatkan lidah saya ke mulutnya, ia sangat agresif dan berciuman dengan panas.
Aku mulai mencium telinganya, dan dada yang besar menempel ketat di dadaku, aku sudah sangat horny langsung berkata, “Bi sekarang saya masukkan ya ..”. ia hanya bisa mengangguk pelan.
Saya juga mengambil posisi, kukangkangkan pahanya lebar, kutusukkan penisku ke vaginanya yang sudah sangat becek. Memberkati .. lenyap menjadi setengah ayam vagina, vagina terasa bagi saya kepala menyedo-Nyedot dari penisku. kusodokkan kembali penisku, memberkati .. peniskupun lenyap ke dalam vagina, aku mulai mundur muka pantat, vagina terasa sangat sempit.
“Den .. ouhh .. teruuss .. denn .. mmhh..sshh.” Desahan erotis yang berasal dari mulut Bi Sum, aku lebih horny dan kupercepat sodokkanku di vagina.
“Oh .. Bii pus Anda benar-benar sempit, ohh baik Bii, goyang teruuss Bii .. ouhh ..”
“Den .. Cepatt .. den .. goyang cepat .. Bibi .. mauu .. keluar .. den ..”
Aku mulai mengocok penisku dengan kecepatan penuh, Bi Sum menggelinjang tampak hebat.
“Bibi Den .. .. .. ingin keluuaarr shhshshshh ouhh .. ..”
“Tahan Bii .. aku .. juga ingin keluuarr ..”
Kemudian beberapa detik kemudian merasa penisku di flush cairan yang sangat berat .. serr .. berdenyut ayam itu hebat dan, serr .. terasa sangat lezat sekali, rasanya tulang-tulang saya copot semua. Aku ambruk di wanita setengah baya menikmati orgasme.
“Bi .. terima kasih ya .. Bibi vagina lezat” kataku payudara mencupang.
“Den kapan-kapan ya Bibi diberikan lagi.”
kita akhirnya jatuh tertidur dengan menempel penisku di vagina Bi Sum, tanpa aku tahu permainan saya terlihat semua oleh bibi saya, sementara dia sedang bermain dengan vaginanya. jadi pengalaman saya dengan Bi Sum, pembantu bibi saya yang sangat menggoda. Lain kali aku akan menceritakan pengalaman saya dengan bibi saya yang mengintip permainan saya dengan Bi Sum, yang tentunya lebih menghebohkan, karena bibi saya adalah orang yang hipersex, jadi nafsu besar, dan meledak-ledak.

Kamis, 05 November 2015

Pesta Seks Tukar Pasangan di Villa

Pesta Seks Tukar Pasangan di Villa

Bandar Judi Online

AYOGROUP - Ini merupakan 2 pasang kekasih yang melakukan pesta seks disebuah villa, melampiaskan hasrat birahinya mereka pun bertukar pasangan untuk mendapatkan sensasi yang luar biasa, kenikmatan yang dirasakan pasangan muda yang masih pacaran yang akan menjadi cerita indah dalam hidupnya. Selengkapnya, simak kisahnya dibawah ini!

Pagi-pagi benar handphone-ku sudah bunyi. Aku sedikit kesal dan malas bangun dari tempat tidurku. Tapi bunyinya itu tidak kurang keras, aku malah tidak bisa tidur lagi. Akhirnya aku paksakan juga berdiri dan lihat siapa yang call aku pagi-pagi begini. Eh, tidak tahunya temanku Vivie. Aku sedikit ketus juga menjawabnya, tapi langsung berubah waktu aku tahumaksudnya. Si Vivi mengajakku ikut bareng cowoknya ke vilanya tidak terlalu jauh dari tempatku.Aku sih setuju sekali sama ajakan itu, terus aku tanya, apa aku boleh ajak cowokku. Si Vivi malah tertawa, katanya ya jelas dong, memang harusnya begitu. Rencananya kami bakal pergi besok sore dan kumpul dulu di rumahku.

Singkat cerita kami berempat sudah ngumpul di rumahku. Kami memang sudah saling kenal, bahkan cukup akrab. Alf, cowoknya Vivie teman baik Ricky cowokku. Oh ya, aku belum mengenali aku sendiri ya, namaku Selvie, umurku sekarang 17 tahun, sama-sama Si Vivie, Ricky cowokku sekarang 19 tahun, setahun lebih tua dari Alf cowoknya Vivie. Oke, lanjut ke cerita. Kami berempat langsung cabut ke villanya Vivie. Sekitar setengah jam kami baru sampai. Aku sama Vivie langsung beres-beres, menyimpani barang-barang dan menyiapkan kamar. Ricky sama Si Alflagi main bola di halaman villa. Mereka memang pecandu bola, dan kayaknya tidak bakalan hidup kalau sehari saja tidak menendang bola.

Villa itu punya tiga kamar, tapi yang satu dipakai untuk menyimpani barang-barang. Mulanya aku atur biar aku sama Vivie sekamar, Ricky sama Alf di kamar lain. Tapi waktu aku beres-beres, Vivie masuk dan ngomong kalau dia mau sekamar sama Si Alf. Aku kaget juga, nekad juga ini anak. Tapi aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa tidur bareng Si Ricky kalau tidak di sini. Ya tidak perlu sampai gitu-gituan sih, tapi kan asik juga kalau bisa tidur bareng dia, mumpung jauhdari bokap dan nyokap-ku. Hehehe, mulai deh omes-ku keluar. Oke, akhirnya aku setuju, satu kamar buat Alf dan Vivie, satu kamar lagi buat Ricky sama aku.

Sore-sore kami makan bareng, terus menjelang malam, kami bakar jagung di halaman. Asik juga malam-malam bakar jagung ditemani cowokku lagi. Wah, benar-benar suasananya mendukung. Hehehe, aku mulai mikir yang macam-macam, tapi malu kan kalau ketahuan sama Si Ricky. Makanya aku tetap diam pura-pura biasa saja. Tapi Si Vivie kayaknya memperhatikan aku, dan dia nyengir ke aku, terus gilanya lagi, dia ngomong gini, “Wah.. sepertinya suasana gini tidak bakalan ada di Bandung. Tidak enak kalau dilewatin gitu saja ya.” Aku sudah melotot ke arah dia, tapi dia malah nyengir-nyengir saja, malah dia tambahin lagi omongannya yang gila benar itu, “Alf, kayaknya di sini terlalu ramai, kita jalan-jalan yuk!” Aku sudah tidak tahu harus apa, eh Si Alf juga samanya, dia setuju sama ajakan Si Vivie, dan sebelum pergi di ngomong sama Ricky, “Nah, sekarang elu harus belajar bagaimana caranya nahan diri kalau elu cuma berdua sama cewek cakep kayak Si Selvie.” Aku cuma diam, malu juga dong disepet-sepet kayak gitu.

Aku lihati Si Alf sama Si Vivie, bukannya jalan-jalan malahan masuk ke villa. Aku jadi tidak tahu harus ngapain, aku cuma diam, semoga saja Ricky punya bahan omongan yang bisa diomongin. Eh, bukannya ngomong, dia malah diam juga, aku jadi benar-benar bingung. Apa aku harus tetap begini atau nyari-nyari bahan omongan. Akhirnya aku tidak tahan, baru saja aku mau ngomong, eh.. Si Ricky mulai buka mulut, “Eh.. kamu tidak dingin?” Duer.. Aku kaget benar, tidak jadi deh aku mau ngomong, sebenernya aku memang mau ngomong kalau di sini itu dingin dan aku mau ajak dia ke dalam. Tapi tidak jadi, aku tidak sadar malah aku geleng-geleng kepala. Ricky ngomong lagi, “Kalau tidak dingin, mau dong kamu temenin aku di sini, lihat bulan dan bintang, dan.. bintang jatuh itu lihat..!” Ricky tiba-tiba teriak sambil menunjuk ke langit. Akukontan berdiri kaget sekali, bukan sama bintang jatuhnya, tapi sama teriakan Si Ricky, aduh.. malu benar jadinya. Ricky ikutan berdiri, dia rangkul aku dari belakang, “Sorry, aku tidak punya maksud ngagetin kamu. Cuma aku seneng saja bisa lihat bintang jatuh bareng kamu.”Aku cuma bisa diam, tidak biasanya Ricky segini warm-nya sama aku. Dia malah tidak pernah peluk aku seerat ini biasanya. Aku tengok arlojiku, jam 11.00 malam. Kuajak Ricky ke dalam, sudah malam sekali. Dia setuju sekali, begitu masuk ke villa kami disambut sama bunyi pecah dari lantai atas. Kontan saja kami lari ke atas melihat ada apa di atas. Ricky sampai duluan ke lantai atas, dan di nyengir, terus dia ajak aku turun lagi, tapi aku masih penasaran, memang ada apa di atas. Waktu aku mau ketuk pintu kamar Vivie, tiba-tiba ada teriakan lembut, “Aw.. ah.. pelan-pelan donk!” Gila aku kaget setengah mati, tapi tanganku sudahkeburu ngetuk pintu. Terus kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak di dalam. Pintu dibuka sedikit, Alf nongol sambil nyengir, “Sorry, ngeganggu kalian ya? tidak ada apa-apa kok kami cuma..”Aku dorong pintunya sedikit, dan aku lihat Si Vivie lagi sibuk nutupi badannya pakai selimut. Dia nyengir, tapi mukanya merah benar, malu kali ya. Aku langsung nyengir, “Ya sudah, lanjutin saja, kami tidak keganggu kok.”

Poker Online
Ayo99
Terus aku ajak Ricky ke bawah. Ricky nyengir, “Siapa coba yang tidak bisa nahan diri, hehehe.” Tiba-tiba ada sandal melayang ke arah Ricky, tapi dia langsung ngelak sambil nyengir, terus buru-buru lari ke bawah. Aku ikut-ikutan lari sambil ketawa-ketiwi, dan kami berdua duduk di sofa sambil mendengarkan lagu di radio. Tidak lama kedengaran lagi suara-suara dari atas.Aku tidak tahan dan langsung nunduk menahan ketawa. Gila, bisa-bisanya mereka berdua meneruskan juga olah raga malamnya, padahal sudah jelas-jelas kepergok sama kami berdua. Eh, di luar dugaan aku, Ricky bediri dan mengajakku slow-dance, kebetulan lagu di radio itu lagu saat Ricky ngajak aku jadian. Aku jadi ingat bagaimana deg-degannya waktu Ricky ngomong, dan bagaimana aku akhirnya menerima dia setelah tiga bulan dia terus nunggui aku. Ricky memang baik, dan dia benar-benar setia menungguiku.

Selesai dance, Ricky tanya lagi, “Eh kalau mereka berdua ketiduran, aku tidur dimana? memang tidur sama barang-barang?” aku malu sekali, bagaimana ngomongnya. Tapi akhirnya akubuka mulut, “Kita.. kita tidur berdua.” Wah lega sekali waktu omongan itu sudah keluar. Tapiaku takut juga, bagaimana ya reaksi Si Ricky. Eh tahunya dia malah nyengir, “Oke deh kalau kamu tidak masalah. Sebenernya aku juga sudah ngantuk sih, aku tidur sekarang ya.” Aku jadi salah tingkah, Ricky naik ke lantai atas dan tidak sengaja aku panggil dia, “Eh.. tunggu!” Ricky berbalik, dia nyengir, “Oke.. oke.. ayo naik, tidak bagus anak cewek sendirian malam-malam gini.” Aku sedikit canggung juga sih, baru kali ini aku tidur seranjang sama cowok, tapi lama-lama hilang juga. Kami berdua tidak ngapa-ngapain, cuma diam tidak bisa tidur. Dari kamar sebelah masih kedengaran suara Vivie yang mendesah dan menjerit, dan sepertinya itu juga yang bikin Ricky terangsang. Dia mulai berani remas-remas jariku. Aku sih tidak nolak, toh dia khan cowokku. Tapi aku kaget sekali, Ricky duduk terus sebelum aku tahu apa yang bakal dia lakukan, bibirku sudah dilumatnya. Aku mau nolak, tapi kayaknya badan malah kepingin. So, aku biarkan dia cium aku, terus aku balas ciumannya yang semakin lama semakin buas.

Baru saja aku mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku, aku merasa ada yang meraba tubuhku, disusul remasan halus di dadaku. Aku tahu itu Ricky, aku tidak menolak. Aku biarkan dia main-main sebentar di sana. Ricky makin berani, dia angkat badanku dan diduduki di pinggir ranjang. Dia cium aku sekali lagi, terus dia mau buka pakaian tidurku. Aku tahan tangannya, ada sedikit penolakan di kepalaku, tapi badanku kayaknya sudah kebelet ingin mencoba, kayak apa sih nge-sex itu. Akhirnya tanganku lemas, aku biarkan Ricky buka pakaianku, dia juga buka baju dan celananya sendiri. Dia cuma menyisakan celana dalam putihnya. Aku lihat penisnya yang membayang di balik celana dalamnya, tapi aku malu melihati lama-lama, so aku ganti lihat badannya yang lumayan jadi. Mungkin karena olahraganya yang benar-benar rajin.

Aku tidak tahu apa aku bisa tahan memuaskan Ricky, soalnya aku tahu sendiri bagaimana staminanya waktu dia main bola. 2×45 menit dia lari, dan dia selalu kuat sampai akhir. Aku tidak terbayang bagaimana aksinya di ranjang, jangan-jangan aku harus menerima kocokannya2x45 menit. Gila, kalau gitu sih aku bisa pingsan.

Waktu aku berhenti memikirkan stamina dia dan aku, aku baru sadar kalau bra-ku sudah dilepasnya. Sekarang dadaku telanjang bulat. Aku malu setengah mati, mana Ricky mulai meremas dadaku lagi, yah pokoknya aku tidak tahu harus bagaimana, aku cuma diam, merem siap menerima apa saja yang bakal dia lakukan. Tiba-tiba remasan itu berhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku melek sebentar, Ricky asik menjilati putingku sambil sesekali mengisap-ngisap. Aku makin malu, mana ini baru pertama kali aku telanjang di depan cowok, apalagi dia bukan adik atau kakakku. Wah benaran malu deh.

Lama-lama aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya permainan lidah Ricky di dadaku, aku mulai berani buka mata sambil melihat bagaimana Ricky menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan sesuatu yang menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian vaginaku. Aku tidak sadar mendesah panjang. Rupanya Ricky sudah menelanjangiku bulat-bulat. Kali ini jarinya mengelus-elus vaginaku yang sudah basah sekali. Dia masih terus menjilati puting susuku yang sudah mengeras sebelum akhirnya dia pindah ke selangkanganku.

Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh vaginaku naik ke klitoris-ku, dan waktu lidahnya itu menyentuh klitoris-ku, aku tidak sadar mendesah lagi, dan tanganku tidak sengaja menyenggol gelas di meja dekat ranjangku. Lalu “Prang..” gelas akhirnya pecah juga. Ricky berhenti, kayaknya dia mau memberesi pecahan kacanya. Tapi entah kenapa, mungkin karena aku sudah larut dalam nafsu, aku malah pegang tangannya terus aku menggeleng, “Barkan saja, nanti aku beresin. Lanjutin.. please..”
Sesudah itu aku lihat Ricky nyengir, terus diciumnya bibirku dan dia melanjutkan permainannya di selangkanganku. Ricky benar-benar jago mainkan lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek keenakan. Terus di mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya. Aku seperti kesetrum tidak tahan, tapi Ricky malah terus-terusan melintir-melintiri “kacang”-ku itu. “Euh.. ah.. ah.. ach.. aw..” aku sudah tidak tahu bagaimana aku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa mutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang baru lari marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku mulai dari selangkanganku, ke pinggul, dada dan akhirnya bikin badanku kejang-kejang tanpa bisa aku kendalikan.

Aku coba atur nafasku, dan waktu aku mulai tenang, aku buka mata, Ricky sudah buka celana dalamnya, dan penisnya yang hampir maksimal langsung berdiri di depan mukaku. Dia megangi batang penisnya pakai tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Aku tahu dia mau di-”karoake”-in, ada rasa jijik juga sih, tapi tidak adil dong, dia sudah muasin aku, masaaku tolak keinginannya. So aku buka mulutku, aku jilat sedikit kepala penisnya. Hangat dan bikin aku ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi, terus dan terus. Ricky duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkan terlentang. Aku duduk di ranjang, terus aku bungkuk sedikit, aku pegang batang penisnya yang besarnya lumayan itu pakai tangan kiriku, tangan kananku menahan badanku biar tidak jatuh dan mulutku mulai bekerja.

Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai emut kepala penisnya, aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku, ternyata tidak masuk, kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tapi masih ada sisa beberapa senti lagi. Aku tidak maksakan, aku gerakkan naik-turun sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya pakai tangan kiriku. Ricky sepertiya puas juga sama permainanku, dia mrlihati bagaimana aku meng-”karaoke”-in dia sambil sesekali membuka mulut sambil sedikit berdesah. Sekitar 5 menit akhirnya Ricky tidak tahan, dia berdiridan mendorong badanku ke ranjang sampai aku terlentang, dibukanya pahaku agak lebar dandijilatnya sekali lagi vaginaku yang sudah kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah sampai ke ukuran maksimal. Dia mengarahkan penisnya ke vaginaku, tapi tidak langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir vaginaku, baru beberapa detik kemudian dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang maksa masuk ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.

Vaginaku sudah basah, tetap saja tidak semua penis Ricky yang masuk. Dia tidak memaksa, dia cuma mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Aku mulai merem-melek lagi merasakan bagaimana penisnya menggosok-gosok dinding vaginaku, benar-benar nikmat. Waktu aku asik merem-melek, tiba-tiba penis Ricky maksa masuk terus melesak ke dalam vaginaku. “Aw.. ah..” vaginaku perih bukan main dan aku teriak menahan sakit. Ricky masih menghentak dua atau tiga kali lagi sebelum akhirnya seluruh penisnya masuk merobek selaput daraku. “Stt.. tahan sebentar ya, nanti juga sakitnya hilang.” Ricky membelai rambutku. Di balik senyum nafsunya aku tahu ada rasa iba juga, karena itu aku bertekad menahan rasa sakit itu, aku menggelengkan kepala, “Tidak apa-apa.. aku tidak apa-apa. Terusin saja.. ah..”

Ricky mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Penisnya menggesek-gesek vaginaku, mula-mula lambat terus makin lama makin cepat. Rasa sakit dan perihnya kemudian hilang digantikan rasa nikmat luar biasa setiap kali Ricky menusukkan penisnya dan menarik penisnya. Ricky makin cepat dan makin keras mengocok vaginaku, aku sendiri sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam vaginaku. “Tidak lama lagi.. tidak bakalan lama lagi..” Ricky ngomong di balik nafasnya yang sudah tidak karuan sambil terus mengocok vagina aku. “Aku juga.. ah.. oh.. sebentar lagi.. ah.. aw.. juga..” aku ngomong tidak jelas sekali, tapi maksudnya aku mau ngomong kalau aku juga sudah hampir sampai klimaks. Tiba-tiba Ricky mencabut penisnya dari vaginaku, dia tengkurapi aku, aku sendiri sudah lemas tidak tahu Ricky mau apa, tapi secara naluri aku angkat pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku sedikit. Tanganku menahan badanku biar tidak ambruk dan aku siap-siap ditusukdari belakang.

Beneran saja Ricky memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang, terus dia kocok lagi vaginaku. Dari belakang kocokan Ricky tidak terlalu keras, tapi makin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku biar tidak ambruk, dan aku rasakan tangan Ricky meremas-remas dadaku dari belakang, terus jarinya menggosok-gosok puting susuku, bikin aku seperti diserang dari dua arah, depan dan belakang. Ricky kembali mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kali ini dimasukkannya ke anusku. Dia benar-benar memaksakan penisnya masuk, tapi tidak semuanya bisa masuk. Ricky sepertinya tidak peduli, dia mengocok anusku seperti mengocok vaginaku, kali ini cuma tangan kirinya yang meremas dadaku, tangan kanannya sibuk main-main di selangkanganku, dia masukkan jari tengahnya ke vaginaku dan jempolnya menggosoki klitorisku.

Aku makin merem-melek, anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok, dadaku diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir, terus vaginaku dikocok-kocok juga pakai jari tengahnya. Aku benar-benar tidak kuat lagi, akhirnya aku klimaks, dan aku merasakan Ricky juga sampai klimaks, dari anusku kerasa ada cairan panas muncrat dari penis Ricky. Akhirnya aku ambruk juga, badanku lemas semua. Aku lihat Ricky juga ambruk, dia terlentang di sebelahku. Badannya basah karena keringat terus, kupegang badanku, ternyata aku juga basah keringatan. Benar-benar kenikmatan yang luar biasa.Tidak tahu berapa lama aku ketiduran, waktu akhirnya aku bangun. Aku lihat arloji, sudah jam 2 subuh. Leherku kering, tapi waktu aku mau minum, aku ingat gelas di kamarku sudah pecah gara-gara kesenggol. Aku lihat ke lantai, banyak pecahan kaca, terus aku ambil sapu, aku sapu dulu ke pinggir tembok. Aku turun ke bawah, maksudnya sih mau ambil minum di bawah, aku masih telanjang sih, tapi aku cuek saja. Aku pikir si Alf pasti masih tidur soalnya dia pasti capai juga olah raga malam bareng Si Vivie.

Aku turun dan mengambil air dingin di kulkas. Kebetulan villanya Vivie lumayan mewah, ada kulkas dan TV. Aku ambil sebotol Aqua, terus sambil jalan aku minum. Aku duduk di sofa, rencananya sih aku cuma mau duduk-duduk sebentar soalnya di kamar panas sekali. Tidak tahu kenapa, tapi aku akhirnya ketiduran dan waktu aku bangun aku kaget setengah mati. Aku lihatSi Alf dengan santainya turun dari tangga langsung menuju kulkas, kayaknya mau minum juga.

Aku bingung harus menutupi badanku pakai apa, tapi aku telat Si Alf sudah membalik duluan dan dia melongo melihat aku telanjang di depannya. Dia masih melihatiku waktu aku menutupi selangkanganku pakai tangan, tapi aku sadar sekarang dadaku kelihatan, makanya tanganku pindah lagi ke dada, terus pindah lagi ke bawah, aku benar-benar bingung harus bagaimana, aku malu setengah mati.

Judi Poker Online


Alf akhirnya berbalik,
“Sorry, aku pikir kamu masih tidur di kamar. Jadi.. jadi..”
“Tidak apa-apa, ini salahku.”
Aku masih mencari-cari sesuatu untuk menutupi badanku yang telanjang polos, waktu akhirnya aku juga sadar kalau Alf juga telanjang. Sepertinya dia pikir aku masih di kamar sama Si Ricky, makanya dia cuek saja turun ke bawah. Aku pikir sudah terlambat untuk malu, toh Alf sudah melihatku dari atas sampai ke bawah polos tanpa sehelai benangpun, apalagi aku sudah tidak perawan lagi, so malu apa. Cuek saja lah. “Kamu sudah boleh balik, aku tidak apa-apa.” Aku mengambil remot TV terus menyalakan TV. Aku setel VCD, aku pikir bagus juga aku rileks sebentar sambil nonton TV. Alf juga sepertinya sudah cuek, dia berbalik tapi tidak lagi melongo melihatiku telanjang, dia duduk sambil ikut nonton TV.

Gilanya yang aku setel malah VCD BF. Tapi sudah tanggung, aku tonton saja, peduli amat apa kata Si Alf, yang penting aku bisa istirahat sambil nonton TV.
“Bagaimana semalem?” aku buka percakapan dengan Alf.
Dia berbalik, “Hebat, Vivie benar-benar hebat.”
Alf sudah bisa nyengir seperti biasanya.
Aku mengangguk, “Ricky juga hebat, aku hampir pingsan dibikinnya.”
Alf nyengir lagi, lalu kami ngobrol sambil sesekali menengok TV. Kayaknya tidak mungkin ada cowok yang tahan ngobrol tanpa mikirin apa-apa sama cewek yang lagi telanjang, apalagi sambil nonton film BF. Tiap kali ngomong aku tahu mata Alf selalu nyasar ke bawah, ka dadaku yang memang lumayan menggoda. Aku tidak memuji sendiri, tapi memang dadaku cukup oke, ranum menggoda, bahkan lebih seksi dari kepunyaan Vivie, itu sebabnya Alf tidak berhenti-berhenti melihati dadaku kalau ada kesempatan. Ada sedikit rasa bangga juga dibalik rasa maluku, dan sekilas kulihat penis Alf yang mulai tegang. Aku nyengir dan sepertinya Alf tahu apa yang aku pikirkan.

Dia pegang tanganku, “Boleh aku pegang, itu juga kalau kamu tidak keberatan.” Wah berani juga dia, aku jadi sedikit tersanjung, terus aku mengangguk. Alf pindah ke sebelahku, dia peluk aku dan tangannya mulai remas-remas dadaku. Mula-mula dia sedikit ragu-ragu, tapi begitu tahu kalau aku tidak nolak dia mulai berani dan makin lama makin berani, dan jarinya mulai nakal memelintir puting susuku. Aku mulai merem-melek sambil memutar badanku. Sekarang aku duduk di paha Alf berhadap-hadapan. Alf langsung menyambar putingku dan lidahnya langsung beraksi. Aku sendiri sudah kebawa nafsu, aku mulai mengocok penisnya pakai tanganku dan sepertinya Alf juga puas dengan permainanku. Aku mulai terbawa nafsu, dan aku sudah tidak peduli apa yang dia lakukan, yang jelas enak buatku.

Alf menggendongku, kupikir mau dibawa ke kamar mandi, soalnya kamar di atas ada Vivie sama Ricky, tapi tebakanku keliru. Dia malah menggendongku ke luar, ke halaman villa. Aku kaget juga, bagaimana kalau ada yang lihat kami telanjang di luar. Tapi begitu Alf buka pintu luar, aku melihat di seberang villa, sepasang cowok-cewek lagi sibuk nge-sex. Cewek itu mendesah-desah sambil sesekali berteriak. Aku lihat lagi ke sekitarnya, ternyata banyak juga yang nge-sex di sana. Rupanya villa-villa di sekitar sini memang tempatnya orang-orang nge-sex. “Bagaimana? kita kalahkan mereka?” Alf nyengir sambil menggendongku. Aku ikutan nyengir, “Siapa takut?” terus Alf meniduriku di rumput. Dingin juga sisa air hujan yang masih membasahi rumput, punggungku dingin dan basah tapi dadaku lebih basah lagi sama liurnya Si Alf. Udara di luar itu benar-benar dingin, sudah di pegunungan, subuh-subuh lagi. Wah tidak terbayang bagaimana dinginnya deh. Tapi lama-lama rasa dingin itu hilang, aku malah makin panas dan nafsu, apalagi Alf jago benar mainkan lidahnya. Sayup-sayup aku mendengarkan suara cewek dari villa seberang yang sudah tidak karuan dan tidak ada iramanya. Aku makin nafsu lagi mendengarnya, tapi Alf sepertinya lebih nafsu lagi, dia itu seperti orang kelaparan yang seolah bakal nelan dua gunung kembarku bulat-bulat.

Lama juga Alf main-main sama dadaku, dan akhirnya dia pegang penisnya minta aku meng-”karaokei”-in itu penis yang besarnya lumayan juga. Gara-gara tadi malam aku sudah mencoba meng-”karaokei”-in penis Ricky, sekarang aku jadi kecanduan, aku jadi senang juga meng-”karaoke”-in penis, apalagi kalau besarnya lumayan seperti punya Si Alf. Makanya tidak usah disuruh dua kali, langsung saja aku caplok itu penis. Aku tidak mau kalah sama permainan dia di dadaku, aku hisap itu penis kuat-kuat sampai kepalanya jadi ungu sekali. Terus kujilati mulai dari kepalanya sampai batang dan pelirnya juga tidak ketinggalan.

Kulihat Alf melihati bagaimana aku main di bawah sana. Sesekali dia buka mulut sambil berdesah menahan nikmat. Aku belum puas juga, kukocok batang penisnya pakai tanganku dan kuhisap-hisap kepalanya sambil kujilati pelan-pelan. Alf merem-melek juga dan tidak lama dia sudah tidak tahan lagi, sepertinya sih mau keluar, makanya dia cepat-cepat melepaskan penisnya dari mulutku. Aku tahu dia tidak mau selesai cepat-cepat, makanya aku tidak ngotot meng-”karaoke”-in penisnya lagi.

Alf sengaja membiarkan penisnya istirahat sebentar, dia suruh aku terlentang sambil mengangkang. Aku menurut saja, aku tahu Alf jago mainkan lidahnya, makanya aku senang sekali waktu dia mulai jilati bibir vaginaku yang sudah basah sekali. Benar saja, baru sebentaraku sudah dibikin merem-melek gara-gara lidahnya yang jago sekali itu. Sepertinya habis semua bagian vaginaku disapu lidahnya, mulai dari bibirnya, klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah dinding dalam, sampai anusku juga tidak ketinggalan dia jilati.

Aku dengarkan, sepertinya pasangan di seberang sudah selesai main, soalnya sudah tidak kedengaran lagi suaranya, tapi waktu aku lihat ke sana, aku kaget. Cewek itu lagi meng-”karaoke”-in cowok, tapi bukan cowok yang tadi. Cowok yang tadi nge-sex sama dia lagimembersihkan penisnya, mungkin dia sudah puas. Sekarang cewek itu lagi meng-”karaoke”-in cowok lain, lebih tinggi dari cowok yang tadi. Gila juga itu cewek nge-sex sama dua cowok sekaligus. Tapi aku tarik lagi omonganku, soalnya aku ingat-ingat, aku juga sama saja sama dia. Baru selesai sama Ricky, sekarang sama Alf. Wah ternyata aku juga sama gilanya. Aku nyengir sebentar, tapi terus merem-melek lagi waktu Alf mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya.

Alf benar-benar ahli, tidak lama aku sudah mulai pusing, aku lihat bintang di langit jadi tambah banyak dan kayaknya mutar-mutar di kepalaku. Aku benar-benar tidak bisa ngontrol badanku. Ada semacam setrum dari selangkanganku yang terus-terusan bikin aku gila. “Ah.. ah.. Alf.. Ah.. berhenti dulu Alf.. Ah.. Ah.. Shh..” aku tidak tahan sama puncak nafsuku sendiri. Tapi Alf malah terus-terusan melintir-melintir klitorisku. Aku benar-benar tidak tahan lagi, aku kejang-kejang seperti orang ayan, tapi sudahnya benar-benar enak sekali, beberapa menit lewat, semua badanku masih lemas, tapi aku tahu ini belum selesai.

Sekarang bagianku bikin Alf merem-melek, makanya aku paksakan duduk dan mulai menungging di depan Alf. Alf sendiri sepertinya memang sudah tidak tahan ingin mengeluarkan maninya, dia tidak menunggu lama lagi, langsung dia tusukkan itu penis ke vaginaku. Ada sedikit rasa sakit tapi tidak sesakit pertama vaginaku dimasukkan penis Ricky. Alf tidak menunggu lama lagi, dia langsung mengocok vaginaku dan tangannya tidak diam, langsung disambarnya dadaku yang makin ranum karena aku menungging. Diremasnya sambil dipelintir-pelintir putingnya. Aku tidak tahan digituin, apalagi badanku masih lemas, tanganku lemas sekali, untuk menahan hentakan-hentakan waktu Alf menyodokkan penisnya saja sudah tidak kuat. Aku ambruk ke tanah, tapi Alf masih terus mengocokku, dari belakang.

“Ah.. euh.. ah.. aw..” aku cuma bisa mendesah setiap kali Alf menyodokkan penisnya ke vaginaku. Aku coba mengangkat badanku tapi aku tidak kuat, akhirnya aku menyerah, aku biarkan badanku ambruk seperti gitu. Alf memutarkan badanku, terus disodoknya lagi vaginaku dari depan. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain, setiap kali Alf menyodokkan penisnya selain dinding vaginaku yang tergesek, klitorisku juga tergesek-gesek, makanya aku makin lemas dan merem-melek keenakan.

Alf memegang kaki kiriku, terus diangkatnya ke bahu kanannya, terus dia mengangkat kaki kananku, diangkatnya ke bahu kirinya. Aku diam saja, tidak bisa menolak, posisi apa yang dia ingin terserah, pokoknya aku ingin cepat-cepat disodok lagi. Aku tidak tahan ingin langsung dikocok. Ternyata keinginanku terkabul, Alf menyodokku lagi, kakiku dua-duanya terangkat, mengangkang lagi, makanya vaginaku terbuka lebih lebar dan Alf makin leluasa mengocok-ngocokkan penisnya. Vaginaku diaduk-aduk dan aku bahkan sudah tidak bisa lagi berdesah, aku cuma bisa buka mulut tapi tidak ada suara yang keluar.

“Aku mau keluar, aku mau keluar..” Alf membisikkan sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.
“Jangan di.. jangan di dalam. Ah.. ah.. oh.. aku.. aku tidak mau.. hamil.”
Aku cuma bisa ngomong gitu, seenggannya maksud aku ngomong gitu, aku tidak tahu apa suaraku keluar atau tidak, pokoknya aku sudah usaha, itu juga sudah aku paksa-paksakan. Aku tidaktahu apa Alf ngerti apa yang aku omongin, tapi yang jelas dia masih terus mengocokku.

Baru beberapa detik lewat, dia mencabut penisnya, kakiku langsung ambruk ke tanah. Alf mengangkang di perutku, dan dia selipkan penisnya ke sela-sela dadaku yang sudah montok sekali soalnya aku sudah dipuncak nafsu. Kujepit penisnya pakai dadaku, dan Alf mengocok-ngocok seolah masih di dalam vaginaku. Tidak lama maninya muncrat ke muka dan sisanya di dadaku. Aku sendiri klimaks lagi, kulepaskan tanganku dari dadaku, maninya mengalir ke leherku, dan mani yang di pipiku mengalir ke mulutku. Aku bahkan tidak bisa menutup mulutku, aku terlalu lemas. Aku biarkan saja maninya masuk dan aku telan saja sekalian.

Belum habis lemasku, Alf sudah menempelkan penisnya ke bibirku. Aku memaksakan menjilati penisnya sampai bersih terus aku telan sisa maninya. Alf menggendongku ke dalam, terus dia membaringkanku di sofa. Aku lemas sekali makanya aku tidak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya. Yang jelas baru jam 8.00 aku baru bangun. Begitu aku buka mata, aku sadar aku masih telanjang. Aku memaksakan duduk, dan aku kaget kenapa aku ada di kamar Vivie. Terus yang bikin aku lebih kaget lagi, aku lihat sebelah kiriku Alf masih tidur sedangkan di kananku Ricky juga masih tidur. Mereka berdua juga masih telanjang seperti aku.

Belum habis kagetku, Vivie keluar dari kamar mandi di kamarku, dia lagi mengeringkan rambutnya dan sama-sama masih telanjang. Baru akhirnya aku tahu kalau semalam Vivie bangun dan melihat aku lagi nge-sex sama Alf. dia sih tidak marah, soalnya yang penting buat dia Alf cinta sama dia, soal Alf memuaskan nafsu sama siapa, tidak masalah buat dia. Ternyata Vivie melihat dari jendela bagaimana aku sama Alf nge-sex dan Ricky yang juga bangun subuh-subuh kaget melihat aku lagi nge-sex sama Alf. Dia keluar kamar, sepertinya mau melihat apa benar aku lagi nge-sex sama Alf, tapi dia sempat menengok ke kamar sebelah dan melihat Vivie yang lagi nonton aku sama Alf nge-sex dari jendela. Ricky langsung dapat ide, so dia masuk ke dalam dan mengajak Vivie nge-sex juga. Singkat cerita mereka akhirnya nge-sex juga di kamar. Dan waktu aku sama Alf selesai, Alf menggendongku ke atas dan melihat Ricky sama Vivie baru saja selesai nge-sex. Makanya kami berempat akhirnya tidur bareng di kamarnya telanjang bulat.

Hehehe, tidak masalah, kami berempat malah makin dekat. Nanti malam juga kami bakalan nge-sexlagi berempat, tidak masalah buat aku Ricky atau Alf yang jadi pasanganku, yang penting aku puas. Tidak masalah siapa yang muasin aku.

Seperti rencana kami semula, malam itu juga kami nge-sex berempat bareng-bareng. Asik juga sekali-kali nge-sex bareng seperti gitu. Ricky masih tetap oke walaupun dia sudah ngocok Vivie duluan. Aku masih kewalahan menghadapi penisnya yang memang gila itu. Alf juga tidak kalah, biarkan dia masih ngos-ngosan waktu selesai ngocok aku, dia langsung sambar Vivie yang juga baru selesai sama Ricky. Terus kami nge-sex lagi sampai akhirnya sama-sama puas. Aku puas sekali, soalnya baru kali ini aku dipuasi dua cowok sekaligus tanpa jeda. Baru saja selesai satu, yang satunya sudah menyodok-nyodok penisnya ke vaginaku. Pokoknya benar-benar puas sekali deh aku.

Masuk ke cerita, malam ini kami rencana tidak akan nge-sex lagi, soalnya sudah capai sekali dua hari gituan melulu. Makanya Ricky sama Alf langsung menghilang begitu matahari mulai teduh. Mereka sih pasti main bola lagi, tidak bakalan jauh dari itu. Vivie menghabiskan waktunya di villa, kayaknya dia capai sekali, hampir seharian dia di kamar. Aku jadi bosan sendirian, makanya aku putuskan aku mau jalan-jalan. Kebetulan di dekat situ ada air terjun kecil. Akurencana mau menghabiskan hari ini berendam di sana, biar badanku segar lagi dan siap tempur lagi. Aku tidak langsung ke air terjun, aku jalan-jalan dulu mengelilingi kompleks villa itu. Besar juga, dan villanya keren-keren. Ada yang mirip kastil segala. Sepanjang jalan aku ketemu lumayan banyak orang, rata-rata sih orang-orang yang memang lagi menghabiskan waktu di villa sekitar sini. Hampir semua orang yang ketemu melihati aku. Dari mulai cowok keren yang adadi halaman villanya, om-om genit yang sibuk menggodai cewek yang lewat sampai tukang kebun di villa juga melihati aku. Aku sih cuma nyengir saja membalas mata-mata keranjang mereka.

Tidak aneh sih kalau mereka melihatiku, masalahnya aku memang pakai baju pas-pasan, atasanku kaos putih punyanya Si Vivie yang kesempitan soalnya kamarku dikunci dan kuncinya terbawa Ricky. Aku malas mencari dia, makanya aku pakai saja kaos Si Vivie yang ada di meja setrika. Itu juga aku tidak pakai bra, soalnya bra Vivie itu sempit sekali di aku. memang sih dadaku jadi kelihatan nonjol sekali dan putingnya kelihatan dari balik kaos sempit itu, tapi aku cuek saja, siapa yang malu, ini kan kawasan villa buat nge-sex, jadi suka-suka aku dong.

Oh ya aku jadi lupa, bawahan aku lebih gila lagi. Aku tidak tega membangunkan Vivie cuma untuk minjam celana atau rok, kebenaran saja ada Samping Bali pengasih Ricky bulan lalu, ya aku pakai saja. Aku ikat di kananku, tapi tiap kali aku melangkah, paha kananku jadi terbuka, ya cuek saja lah. Apa salahnya sih memarkan apa yang bagus yang aku punya, benar tidak?

Singkat cerita, aku sampai ke air terjun kecil itu. Aku jalan-jalan mencari tempat yang enak buat berendam. Kaosku mulai basah dan dadaku makin jelas kelihatan, apalagi Samping yang aku pakai, sudah basah benar-benar kena cipratan air terjun. Enak juga sih segar, tapi lama-lama makin susah jalannya, soalnya Samping aku jadi sering keinjak. Aku jadi ingin cepat-cepat berendam, soalnya segar sekali airnya, dan waktu aku menemui tempat yang enak, aku siap-siap berendam, aku lepas sandalku. Tapi waktu aku mau melepas Samping-ku tiba-tiba ada tangan yang memegang bahuku, aku berbalik ternyata seorang cowok menodongi pisau lipat ke leherku. Aku kaget camput takut, tapi secara naluri aku diam saja, salah-salah leherku nanti digoroknya.

“Mau.. mau apa lo ke gue?” aku tanya ke orang yang lagi nodong pisau ke aku. Aku tidak berani lihat mukanya, soalnya aku takut sekali. Ternyata cowok itu tidak sendiri, seorang temannyamuncul dari balik batu, rupanya mereka memang sudah ngincar aku dari tadi. Temannya itu langsung buka baju dan celana jeans-nya. Aku tebak kalau mereka mau memperkosa aku. Ternyata tebakanku benar, orang yang menodongi pisau bicara, “Sekarang lo buka semua baju lo, cepet sebelum kesabaran gue habis!” Aku jadi ingat bagaimana korban-korban perkosaan yang akulihat di TV, aku jadi ngeri. Jangan-jangan begitu mereka selesai perkosa aku, aku dibunuh. Makanya aku beranikan diri ngomong kalau aku tidak keberatan muasin mereka asal mereka tidak bunuh aku.

“Oke.. oke, aku buka baju. Kalem saja, aku tidak masalah muasin elu berdua, tapi tidak usah pakai nodong segala dong.” Aku berusaha ngomong, padahal aku lagi takut setengah mati. Orang yang nodongin pisau malah membentak aku, “Goblok, mana ada cewek mau diperkosa, elu jangan macem-macem ya!” Aku makin takut, tapi otakku langsung bekerja, “Santai dong, emangnya gue berani pakai baju ginian kalau gue tidak siap diperkosa orang? Lagian apa gue bisa lari pakai samping kayak ginian?” Kedua orang itu melihati aku, terus akhirnya pisau itu dilipat lagi. Aku lega setengah mati, tapi ini belum selesai, aku masih harus puasin mereka dulu.

Aku mulai buka Samping-ku, “Maunya bagaimana, berdua sekaligus atau satu-satu?” Orang yang tadi nodongin pisau melihat ke orang yang satunya, “Eloe dulu deh. Gue lagi tidak begitu mood.” Temannya mengangguk-angguk dan langsung mencaplok bibirku. Aku lihat-lihat, ganteng juga nih orang. Aku balas ciumannya, dia sepertinya mulai lebih halus, pelan-pelan dia remas dadaku dan tahu-tahu aku sudah ditiduri di atas batu yang lumayan besar. Dia tidak langsung main sodok, dia lebih senang main-main sama dadaku, makanya aku jadi lebih rileks, so aku bisa menikmati permainannya.

“Ah.. yeah.. ah.. siapa.. siapa nama loe?” aku tanya dibalik desahan-desahanku menahan nikmat. Dia nyengir, mirip sekali Si Alf, dia terus membuka celana dalam birunya, dan penisnya yang sudah tegang sekali langsung nongol seperti sudah tidak sabar ingin menyodokku. Tidak usah disuruh, aku langsung jongkok, tanganku memegang batangnya dan ternyata masih menyisa sekitar 5 – 7 senti. Aku jilat kepala penisnya terus aku kulum-kulum penisnya. Dia mulai menikmati permainanku, “Oke.. terus.. terus.. Yeah..” Ternyata ada juga cowok yang suka berdesah-desah kayak gitu kalau lagi nge-sex. Aku berhenti sebentar,
“Belum dijawab?”
“Oh, sorry. Nama gue Jeff.”
Dia menjawab sambil terus merem-melek menikmati penisnya yang aku kulum dan kuhisap-hisap. Kulihat-lihat sepertinya aku kenal suaranya.
“Elo tinggal di sini juga ya, elu yang lusa kemarin ngentot di halaman villa?”
Jeff kaget juga waktu aku ngomong gitu.
“Memang elu tahu dari mana?”
Aku nyengir terus aku teruskan lagi menghisap penisnya yang sudah basah sekali sama liurku.

Aku berhenti lagi sebentar, “Gue lihat elu. Gila lu ya! berdua ngentotin cewek, keliatannya masih kecil lagi.” Jeff nyengir, “Itu adik kelas gue, dia baru 15 tahun, tapi bodinya oke sekali. Gue ajakin ke sini, dan gue entot bareng Si Lex. Dia sendiri sepertinya suka digituin sama kami berdua.” Aku tidak meneruskan lagi, aku berhenti dan langsung cari posisi yang enak buat nungging. Jeff mengerti maksudku, dia langsung menyodok penisnya ke vaginaku bareng sama suara eranganku. Terus dia mulai mengocok, mulanya sih pelan-pelan terus tambah cepat. Terus dan terus, aku mulai merem-melek dibikinnya. Terus dia cabut penisnya, aku digendong dan dia masukkan penisnya lagi ke vaginaku. Terus dia mengocok aku sambil bediri, seperti gaya ngocoknya Tom Cruise di film Jerry Maguire. Vaginaku seperti ditusuk-tusuk keras sekali dan aku makin merem-melek dibuatnya. Dan akhirnya aku tidak tahan lagi, aku kejang-kejang dan aku menjerit panjang. Pandanganku kabur, dan aku pusing. Aku hampir saja jatuh kalau Jeff tidak cepat-cepat memegangi pinggangku.

Aku lagi nikmati puncak kepuasanku, tiba-tiba seorang sedang mendekatiku, sepertinya sekarang dia nafsu sekali gara-gara mendengarkan desahan-desahanku. Dia sudah telanjang dan penisnya sudah tegang sekali. Aku tahu dari mukanya kalau dia sedikit kasar, makanya aku tidak banyak cing-cong lagi, aku langsung maksakan bangun dan jongkok meng-”karaoke”-in penisnya. Penisnya sih tidak besar-besar sekali, tapi aku ngeri juga melihat otot-otot di sekitar paha dan pantatnya. Jangan-jangan dia kalau ngocok sekeras-kerasnya. Bisa-bisa vaginaku jebol.

Lama juga aku meng-”karaoke”-in penisnya, dan akhirnya dia suruh aku berhenti. Aku menurut saja, dan langsung ambil posisi menungging. Aku sudah pasrah kalau dia bakal menyodok-nyodok vaginaku, tapi kali ini tebakanku salah. Dia tidak masukkan penisnya ke vaginaku, tapi langsung ke anusku. “Ah.. aduh..” anusku sakit soalnya sama sekali tidak ada persiapan. Tapi rupanya Lex tidak peduli, dia tetap maksakan penisnya masuk dan memang akhirnya masuk juga. Walaupun penisnya kecil tapi kalau dipakai nyodok anus sih ya sakit juga. Benar dugaan aku, dia kalau nyodok keras sekali terus tidak pakai pemanasan-pemanasan dulu, langsung kecepatan tinggi. Aku cuma bisa pasrah sambil menahan perih di anusku. Dadaku goyang-goyang tiap kali dia menyodok anusku, dan sepertinya itu membuat dia makin nafsu. Dia tambah kecepatan dan mulai meremas dadaku.

Benar-benar kontras, dia mengocok anusku cepat dan keras, tapi dia meremas dadaku halus sekali dan sesekali melintir-melintir putingnya. Mendadak rasa sakit di anusku hilang, aku mulai merasakan nikmatnya permainan tangannya di dadaku. Belum habis aku nikmati dadaku diremas-remas, tangan kirinya turun ke vaginaku dan langsung menyambar klitorisku, mulai dari digosok-gosok sampai dipelintir-pelintir. Rasa sakit kocokannya sudah benar-benar hilang, sekarang aku cuma merasakan nikmatnya seluruh tubuhku.

Aku mulai merem-melek kegilaan dan akhirnya aku sampai ke puncak yang kedua kalinya hari itu, dan bersamaan puncak kenikmatanku, aku merasakan cairan hangat muncrat di anusku, aku tahu Lex juga sudah sampai puncak dan aku sudah lemas sekali, akhirnya aku ambruk. Mungkin aku kecapaian soalnya tiga hari ini aku terus-terusan mengocok, tidak sama satu orang lagi, selalu berdua. Aku masih sempat lihat Jeff menggendong aku sebelum akhirnya aku pingsan. Aku tidak tahu aku dimana, tapi waktu aku bangun, aku kaget melihat Ricky lagi mengocok cewek. Cewek itu sendiri sibuk mengulum-ngulum penisnya Alf. Aku paksakan berdiri, dan waktu aku lihat di sofa sebelah, ada pemandangan yang hampir sama, bedanya Jeff yang lagi sibuk mengocok cewek dan aku lihat-lihat ternyata cewek itu Vivie. Vivie juga sibuk mengulum-ngulum penis Lex. Aku jadi bingung, tapi aku tetap diam sampai mereka selesai main.

Terus aku dikenali sama cewek mungil yang tadi nge-sex bareng Ricky dan Alf, namanya Angel. Aku baru ingat kalau tadi aku pingsan di air terjun habis muasin Jeff sama Lex. Ternyata Jeff bingung mau bawa aku ke mana, kebenaran Ricky dan Alf lewat. Mereka sempat ribut sebentar, tapi akhirnya akur lagi, dengan catatan mereka bisa menyicipi Angel ceweknya Jeff sama Lex. Angel sendiri setuju saja sama ajakan Ricky sama Alf, dan waktu mereka lagi mengocok, Vivie kebetulan lewat. Alf memanggil dia dan dikenali sama Jeff dan Lex, terus mereka akhirnya nge-sex juga. Makin asik juga, sekarang tambah lagi satu cewek dan dua cowok di kelompok kami, dan seterusnya kami jadi sering main ke villa itu untuk muasin nafsu kami masing-masing. Dan kami kasih nama kelompok kami “MAGNIFICENT SEVEN”.

Jumat, 23 Oktober 2015

Menikmati Guruku Yang Nikmat Sekali

Menikmati Guruku Yang Nikmat Sekali


AYOGROUP - Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas keinginanku. Namaku Jack, sekarang aku tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik sekali. Kupikir aku cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi.

Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan guru bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Shinta masih segar bugar dan amat menggairahkan.
Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.


Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Shinta memanggilku.


“Kenapa Jack”
“Ah.. tidak apa-apa”, jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).
“Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan”, kata Ibu Shinta.
“Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya”, jawabku dengan ragu-ragu.
“Terima kasih Jack”.


Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku suka kepadanya, “Oh my God what i’m doing”, dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan cepat Ibu Shinta hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Shinta menciumku dan aku pun membalasnya.


Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.


Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta, “Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik

Ayo99
Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.


“Mau apa kau sshh… sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
“Ooo… oh.. oh..”, desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.
Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. “Aahh… Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh…”
Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Shinta seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. “Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?”, tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus.


“Nggak adil. Kamu juga harus telanjang..” Ibu Shinta pun melucuti kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.


“Gantian dong..” Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. “Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama suami main seksnya gimana?”, tanyaku sambil menciumi payudaranya. Ibu Shinta tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.


Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Shinta agak gemetar. “Ohh…”, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.


Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluanku kutingkatkan. “Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. “Sekarang Ibu Shinta berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!” Aku mengatur badannya dan Ibu Shinta menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya. “Gaya apa lagi ini?”, tanyanya.


Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Shinta kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
“Capek?”, tanyaku. “Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku”.
“Tapi kan nikmat Bu..”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
“Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku. Sekarang Ibu Shinta yang di atas”, kataku sambil mengatur posisinya.


Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Shinta tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Ibu Shinta kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluanku. “Oh Ibu Shinta.., aku mau keluar nih ahh..” Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu Shinta kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.


Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa kujemput.
Sore telah tiba, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Shinta makin terengah, dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. “Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Shinta menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.


Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya. “Ehhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.


“Ooohh.., aduuuhh..”. Ibu Shinta mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Shinta terlonjak dan nafas Ibu Shinta seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Shinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta. “Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”. Ketika Ibu Shinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya. “Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.


Ibu Shinta terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar. “Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku. Dia mengerti kalau aku mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu.., “Creet.., suuurr.., ssuuur..”
“Oughh.., Jack.., nikmat..”, erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya, “Crooot.., croott.., crooot..”, banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya.


“Aaahkk.., ooough”, ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Shinta dan aroma kemaluan Ibu Shinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Shinta menekan pantatku dari belakang. “Ohm, masuk.., augh.., masukin”
Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu Shinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Shinta memekik kecil. Aku menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau, “Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Jack”
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Shinta, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Shinta sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.


Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Shinta makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu Shinta melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Ibu Shinta tentu merasakan siraman air maniku di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages